Berbeda pendapat tentang suatu masalah adalah suatu hal yang wajar. Dari berbagai pendapat yang berbeda itulah orang yang bijaksan akan mendapat tambahan wawasan yang berharga. Perbedaan-perbedaan itu bukannya untuk dipertentangkan tetapi semaksimal mungkin disintesiskan untuk memperoleh simpulan yang lebih komprehensif
Dalam suatu percakapan boleh saja kita berbeda pendapat atau bahkan berlawanan pendapat dengan mitra bicara. Meskipun berbeda pendapat tidak boleh sampai terjadi konflik. Agar tidak terjadi konflik kita harus menghindari kata atau ungkapan yang bernuansa konflik yaitu kata atau ungkapan yang bernada menyalahkan, meremehkan dan menyerang pribadi dan sebagainya. Misalnya : salah total, tidak masuk akal, tidak bernalar, kampungan, tolol dan sebagainya
Sebaliknya untuk menghindari konflik, hendaknya pendapat yang berbeda itu kita nyatakan secara halus tetapi efektif, caranya :
- Kita awali penyampaian pendapat yang berbeda itu dengan mengucapkan “maaf” yang diikuti ucapan kekurangsetujuan (jangan ketidak setujuan atau penolakan)
- Supaya kekurangsetujuan dapat diterima oleh mitra bicara kita, kita perlu mengemukakan alasan yang logis menunjukkan letak kekurangtepatan pendapat itu, atau memberikan saran atau usul penyempurnaan pendapat tersebut
Contoh :
1. Saya kurang sependapat kalau alasan demi kelestarian alam lalu sumber daya alam tidak boleh diieksploitasi
2. Menurut hemat saya, kompensasi BBM akan lebih mendidik kalau tidak diberikan secara Cuma-Cuma, tetapi diberikan sebagai imbalan atas suatu jerih payah
3. Apa yang disampaikan saudara penyaji memang benar, tetapi pelaksanaannya dilapangan akan menghadapi banyakk kendala